Sabtu, 30 November 2013

CERITA RAKYAT BUTON ”PASIKAMBA” ( BAHASA CIA-CIA )


Pada zaman dahulu kala di kepulauan Buton hiduplah seorang ibu dengan anak perempuannya yang cantik. Ibunya bernama Wa Indi dan anak perempuannya bernama Wa Irone. Suaminya sudah lama meninggal dunia tanpa meninggalkan harta sedikitpun untuk mereka, kecuali sebuah gubuk kecil yang jauh dari keramaian desa. Wa Indi dan Wa Irone hidup dengan serba kekurangan. Setiap harinya harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka harus berkebun. Kebun yang mereka miliki tidak begitu luas, hanya sebidang tanah yang ditanami jagung dan ubi kayu. Selain itu mereka juga mencari kayu bakar di hutan, sebagian untuk dijual dan sisanya untuk dipakai sendiri. Kehidupan mereka jauh dari kebahagiaan.


Setiap kali Wa Irone ke pasar, selalu diejek oleh gadis-gadis desa lainya, sebab pakaian yang digunakanya sangat kumal dan compang-camping. Terkadang dia sedih karena merasa sangat terasing oleh orang-orang disekelilingnya. Biasanya seorang anak gadis bermain dengan teman sebayanya, tetapi ia harus bekerja keras memebantu ibunya. Meskipun demikian Wa Irone anak yang rajin beribadah. “mungkin ini takdir,” itulah kata-kata yang sering terlintas di benak Wa Irone.

Gadis-gadis seusia Wa Irone yang sudah menikah, tetapi entah kenapa jodoh Wa Irone belum kunjung datang. Siang itu saat membantu ibunya membuat kambose (jagung rebus yang sudah di pisah dari tongkolnya),  Wa Irone menyanyikan sebuah lagu yang tersengar sendu)

Kasihan diriku ini tinggal di dunia
tidak ada saudara yang merasa kasihan
Melihat kami kerabat yang baik yang dekat
Kita bersabar, saya bersukur
Disebut amalnya badan ini
Tuhan
Berikan saya iman  semoga memberikan saya rahmat
Hambamu yang Kamu kasihani

Mendengar nyanyian Wa Irone ibunya bertanya, “anakku, mengapa kamu bernyanyi  seperti itu ?” Wa irone menjawab, “aku hanya meratapi nasibku yang malang ini mengapa sampai sekarang kita tetap saja miskin ? jodohku tidak kunjung datang.”
“Sabar anakku jodoh di tangan Tuhan, “ jawab ibu Wa Irone menenangkan kegalauan hati anaknya.

Keesokan harinya dua orang pemuda kakak beradik pergi ke hutan untuk berburu rusa. Mereka adalah putra salah seorang bangsawan dari negeri Buton. Sang kakak  bernama La Ode Inci dan adiknya bernama La Ode Sina. Setelah mereka mendapatkan seekor rusa mereka lansung pulang. Dalam perjalanan pulang, La Ode inci dan adiknya mendengar suara nyanyian seorang gadis yang sangat merdu. Terlebih lagiLa Ode Inci, dia sangat terkesimah mendengarnya. Iya mengajak adiknya menelesuri siapakah gerangan gadis yang bersuara merdu itu. Ternyata gadis itu adalah Wa Irone kemudian La Ode Inci bertanya kepada Wa Irone, suara begitu indah, maukah kamu memberitahukan siapa namamu ?”
Wa Irone menjawab, namaku Wa Irone, apakah ada yang bisa saya bantu tuan ?”
“Ah, tidak, aku dan adikku hanya kebetulan lewat saja, perkenalkan namaku La Ode Inci dan ini adikku La Ode Sina,” jawab La Ode Inci. Kemudian kedua kakak beradik itu berpamitan kepada Wa Irone untuk melanjutkan perjalanannya.
Dalam perjalanan pulang La Ode Sina berkata kepada kakanya, “Kak, gadis yang tadi itu sangat cocok untuk kakak, dia sangat santun bicaranya halus apalagi wajahnya lumayan cantik.”
“Terus terang adikku, saat melihatnya aku lansung jatuh cinta, sepertinya dia gadia yang baik. Aku bemaksud melamarnya, saat tiba di rumah nanti aku lansung memberitahukanya pada ayah dan ibu,” kata La Ode Inci. Kemudian La Ode Sina bertanya pada kakaknya, “Tapi kak, apakah ayah dan ibu akan melamarkanya untuk kakak ? kakak lihat sendiri, pakaian gadis itu kumal, lagipula kak belum juga mengenalnya lebih jauh.”
“Tanpa tau banyak pun aku tahu gadis itu cocok untukku. Dan aku akan tetap berusaha membujuk ayah dan ibu agar melamarkanya untukku, “ kata La Ode Inci. “Terserah kakak saja, kalau kakak sudah menemukan yang cocok aku akan selalu siap membantu,” lanjut La Ode Sina“Terimakasih, kamu memang adikku yang paling bijaksana,” kata La Ode Inci.

Malam harinya seperti biasa sebelum tidur Wa Irone berdoa agar diberikan berkah yang banyak umur yang panjang, dan dipermudah jodohnya. Saat ia tidur, dalam mimpinya dia didatangi seorang kakek berjubah dan bersorban putih. Dia mengatakan Hai anakku, bersabarlah engkau, hidup kamu dan ibumu akan segerah berubah.”

Seketika itu Wa Irone terbangun dan ternyata hari sudah pagi. Seperti hari-hari biasanya, pagi-pagi sekali Wa Irone pergi ke pasar bersama ibunya Wa Indi untuk menjual kayu bakar yang sudah dikumpulkan kemarin. Setelah pulang dari pasar mereka langsung pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar di hutan untuk di jual kembali pada keesokan harinya. Kebetulan hari itu dia hanya pergi seorang diri ke hutan, tidak dengan ibunya. Setelah lama mengumpulkan kayu bakar dia tertidur di bawah sebuah pohon besar karena merasa kelelahan. Ketika ia tidur, ia kembali didatangi kakek dalam mimpinya tadi malam dengan pakaian yang sama pula. Kakek itu berkata, “Anakku Wa Ode Irone kini tibalah saatnya nasib kamu dan ibumu berubah.” Wa Irone terbangun dari tidurnya, karena merasa sudah siang, iapun lansung mengangkat kayu-kayu yang sudah di kumpulkanya untuk dibawah pulang.

Sesampainya di rumah, Wa Irone disuruh oleh ibunya untuk mencabut ubi kayu di kebun. Dia bergegas pergi ke kebun sambil membawa sebuah kasinala (sejenis parang yang hanya bagian ujungnya yang tajam) untuk  menjabut ubi kayu. Saat tiba di kebun kaki Wa Irone tersandung sebuah batu besar, dia langsung memindahkan batu itu agar mencederai orang yang lewat. Tetapi kemudian mata Wa Irone tertuju pada suatu benda keras di bawah batu keras tadi. Ia langsung menggai benda itu dengan kasinala yang ia bawa. Setelah berhasil menggali didapatinya sebuah peti besar yang ia tidak tahu apa isinya. Karena peti itu sangat berat, Wa Irone memanggil ibunya. Untung letak kebunnya yang berada di belakang rumah. Mereka kemudian menggontong bersama peti yang cukup besar dan berat itu. 

Setibanya di rumah mereka berdua lagsung membuka peti tersebut untuk melihat isi peti tersebut. Alangkah terkejutnya mereka berdua saat melihat tumpukan keping uang emas. Wa Irone berteriak girang, “ibu, ini harta karun.”

Mereka langsung bersujud syukur sebagai ucapan rasa terim kasih atas berkah yang datang tanpa mereka duga-duga. Seketika hidup mereka langsung berubah. Rumah mereka diperbaiki dan dilengkapi dengan perabot yang indah, serta mereka juga pakaian-pakaian yang bagus pula. Dengan pakaian-pakaian yang indah itu, Wa Irone terlihat lebih cantik seperti gadis-gadis putri bangsawan. Mereka tidak perlu bekerja keras lagi un tuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tapi semua itu tidak membuat mereka menjadi sombong. Mereka lebih sering membantu orang-orang yang kesusahan dan lebih giat lagi beribadah. Ternyata apa yang mereka lakukan selama ini tidak sia-sia.

Beberapa hari kemudian hari kemudian La Ode Inci bersama rombongan bangsawan laiinya datang ke rumah Wa Irone bermaksud untuk melamarnya. La Ode Inci terkejut kalau gadis yang akan dilamarnya kehidupannya sudah berubah. Semula ia mengira bahwa gadis yang dilamarnya bukan Wa Irone, karena lebih cantik dari sebelumnya.

Lamaran La Ode Inci diterima baik oleh Wa Indi ibu Wa Irone, apalagi Wa Irone juga mencintai La Ode Inci. Beberpa hari kemudian mereka melangsungkan acara pernikahan berlangsung tujuh hari tujuh malam, karena sudah merupakan kebiasaan golongan bangsawan saat menikahkan putera-puteri mereka. Bukan hanya golongan atas yang mereka undang, tetapi masyarakat rendahan juga mereka undang untuk ikut dalam acara pernikahan mereka.

Setahun kemdian La Ode Inci dan Wa Irone dikaruniani seorang anak laki-laki yang diberi nama La Ode Pasikamba yang artinya harta karun.

Dalam bahasa Cia:

IJamani ambuleanoari ipulo buton nodadi amia mancuana mowine mai anakalambe makidano. Inano kongea Wa Indi mai anakalambeno kongea Wa Irone. Mohaneno nomolengomo nomate idunia cia natumau piwaua naice hake hangga’aso mo’ia, hawite amea ka’ana kokodi nombilai ikaramea kampo. Wa Indi mai Wa Irone nodadi toa’ru kaeno. mintenihuloe hangga’aso  pikohunbuiano kahoci kadadia, mo’ia harusu namihamota. Hamotano mo’ia cia wala nato’owa, hawite atampa nokapimbulasiegandu mai kasobia. Mo’oli cuke’e moia uka pikamata sauno api hamota, aga;ano anuaso nakamaso’e mai sisano anuaso nakapake’e wutono. Dadino moi’ia mbilai hake mai kasumanaa.

Minte nimbulea Wa Irone inte idaoa, ia tarusu nobancie mowine-mowine kampo aga.ano, hangganomo pakeano nipakeno kadakihake. Aga’aso ia kikidilalono hangganomo pinamisie nombilaie mai mia-mia ilepeno. Biasano ungkaka kalambe baraba mai sabangka saumuruno, hawali ia tabe namikaraja’a anteru nahumamba Inano. Hawite mbarike’e Wa Irone ungkaka bukua sambahaea “ aipo nake’e kato’o’u” rikenomo pogauno ilalo hateno Wa Irone.

Kalambe-kalambe sa’umuruno Wa Irone  mo’olino nokawi, hawai moapa kato’ono Wa Irone ciapo nabundo. Kondocuaia’ari ia nohamba ianano pitoro kambose( gandu cibuka mina kacimbeno ) Wa Irone pikabanci alagu cipindongo malingu

Ka’asi kulu’uana inda’u pihora-hora I’dunia
Camane’e elea’u namo’asisa’u
Noita isami elea tumangku
Ingkita tosabara wite, inda’u sukuru
Nongea ba’da ia’ana
Ompu…
‘dawusia’u emani mai rahmatino
Mai ‘dawusia’u ka’asimu

Pindongo kabanci Wa Irone, inano nope’ena “ ana’u moapa kabanci mbacuke’e ancu?’ Wa Irone nobalo “inda’u piburi-buri dawua’uana, moapa noratomo mba’ina ana ingkita tomiskinimo anteru? Jodo’u ciapo uka nabundo.”
“Sabara ana’u, kato’o ilimano ompu,” balo inano Wa Irone patenangi emani hateno anano.

Samabitano rua mia anamohane akano mai aino inte Ikarompu hangga’aso nakamajere rusa. Mo’ia anamohaneno kanto’owano buton. Aka-aka kongea La Ode Inci hande aino kongea La Ode Sina. Mo’oli mo’ia nopitabu rusa, mo’ia tarusu kabala. Ilalono hangka’a balea, La Ode Inci mai aino pindongo kabanciano kalambe ‘bamalinguamo. Aipo uka La Ode Inci, ia nopintotobanga pindongo’e. ia noguguru aino pikamata inde’eno kalambe malingua iahaleo. Para’a kalambe iahaleo Wa Irone. Mo’oli mbarike’e La Ode Inci pe’enamo I Wa Irone,
“ kabancimu mangada hake ingka, cuhumada ‘bara iso’o cumo’ombasia’u ngeamu?”
Wa Irone nobalo, “ngea’u Wa Irone, ndane’e ahumamba simiu?”
“Ah, cia, inda’u mai ai’u hawite kabatula tolalo, ngae’u La Ode Inci mai nake’e ai’u ngeano La Ode Sina, “ nobalo La Ode inci. Mo’oli mbarike’e kadorua ai mai akano nokaposangamo I Wa Irone hangga’aso nakatumarusu pihangkahangka’ano. Ilalono lalano kabale La Ode Sina nopogau I wa’akano’ “aka, kalambe iahaleo sapasino hangga’aso aka, ia ‘bamomalumo, pogauno halusu, ajono uka mangada.”
“tarus taraha ai’u saitano inda’u tarusu pe’elue’ koajono ia kalambe omela. Inda’u piburiburi alumosa’e. saratonto I ka’ana inda’u atumarusu amo’omba’e inanto mai amanto,” tangari La Ode Inci. Mo’olimbarike’e La Ode Sina nope’enamouak i akano.
“ hawai aka, pantea inanto mai amanto nahumada nalumosa’aso aka? Aka itaso wutomu, pakeani kalambe iahaleo mbakadakimo. Mai aka uka ciapo cukumonie mbilai uka.”
“ biara cia akumonie to’aru uka inda’u konie kalambe iahaleo sapasino hangga’aso inda’u. mai inada’u tatapu a’usaha atumataku manto mai inanto hangga’aso nalumosa’aso inda’u,” tangari La Ode Inci.”
“malingumo aka ancu, hande aka pitabuemo kasapasino inda’u siapu abantu,” patarusue La Ode Sina.
“ tarima kasi, iso’o hingganomo ai’u emelano hake,” tangari La Ode Inci.

Rato morondo koajo biasano nkamoncuru Wa Irone nopidoa hangga’aso nadumawusie barakati to’aro, umuru ko’ata, mai namomalusie kato’ono. Tangasano moncuru, ilalo poninipino ia nobundo’e amia mancuana mbaju to’oba mai pikaluncu mopute. Ia nopogau “hai ana’u, sabara iso’o, ‘dadimu mai inamu nabaruba wite.”

Abantar Wa Irone nobangu mai para’a wawala’amo. Koajo hulao biasano, sawawalano hake Wa Irone inte Idaoa mai inano Wa Indi hangga’aso nakamara’aso sauno api cipikumpuluno hanowia. Mo’oli nokabale mina Idaoa mo’ia inte ikarompu hangga’aso nakarumompu auno api ikarrompu hangga’aso nakamaso’e mindua samabitano. Kabatula huleo ia’ari ia inte wite kaso’osano I karompu, cia mai inano. Mo’oli molengo pirompu sauno api ia cipiromo iworuno sau to’owa hingganomo nomomalemo. Tamngasano moncuru, ia nombulasie bundo’e mancuana ilalo poninipino hamurondo mai pakea po’ita. Tete ia haleo pogau, “ana’u Wa Irone nake’e ratomo kato’omu mai inamu nabarubah,”

Wa Irone nobangu mina kancuruabo, ia cia namengerti para’a larono pogauno tete iahaleo ilalo pononipino. Hinggano pinamisie kondocumo huleo, ia tarusu noangke sau-sau cirompuno hangga’ao nabawae bale. 

Saratono ika’ana, w a irone no cindala’e inano nahumowu kasobia I hamota.  Ia pikamamarimba inte ihamota mai nobawa kacikali. Hangga’asaonahumowu kasobia. Saratono ihamota kake Wa Irone cipaleko iloko to’owa, ia tarusu papinda’e loko iahaleo hangga’aso cia narumapo mia lumalo. Hawai mbarike’e mata Wa Irone notonto ikante iworuno loko to’owa haleo. Ia taruru nopisese anuiahaleo mai kacikali ni’bawano. Mo’oli noseseie pitabumo peti to’owa ia cia nakumonie isino. Hingganomo peti iahaleo ‘bata’owamo, Wa Irone noungku inano. Madawua tampano hamotano kotaro ibalakano ka’ana. Mo’ia mo’oli pohambasie soro peti to’owa mai moboa iahaleo.

Saratono ika’ana mo’ia kadorua tarusu nobuka peti haleo nakamita’e isi peti. Kamahano lalono mo’ia kadorua nokaita pobabacuri ‘doe mai bulawa. Wa Irone noko’aki. “ina, nake’e harta karu.”

Mo’ia tarusu nokandole sukuru sabagai tarima kasi barakati’ana nobundo cia nakumonie. Samarimba dadino mo’ia taurusu baruba.ka’anano mo’ia nopigaue mai nopalangkapue mangada, mai mo’ia uka nokabalu pakea-pakea mangada uka. Mai pakea-pakea mangada cuke’e Wa Irone noci’ita mangada hake koajo kalambe-kalambe kanto’owa aga’ano. Mo’ia cia nakamarlulu karaja’a hangga’aso pikohumbuano ‘dadino. Hawai handa’e rike’e cia najumadisie kocio. Mo’ia ‘bara nokabantu mia-mia maseke mai noragani paibada. Para’a salam nake’e nipigauno cia mai papara’ano.

Piahuleo mo’oli, La Ode Inci mai mia kanto’owa aga’ano nobundo ika’anano Wa Irone hangga’aso nakalumosa.La Ode I nci mahalalono para’a kalambe nilosano inciano Wa Irone, higganomo nomangadamo cia koajo ipiamo ari.

Losa’ano La Ode Inci notarima’e Wa Indi inano Wa Irone, para’a uka Wa Irone nope’elu La Ode Inci. Minte nihuleo mo’ia nokawimo. Acarano nopolele picu huleo picu rondo, hingganomo kabiasaanomo kanto’owa nopakawi kalambe mai anamohaneno mo’ia. Inciano wite mna kanto’owa ciungkuno, hawai mia cia dumane’e uka mo’ia hokolo ikawiano mo’ia.

Ataku mbarike’e La Ode Inci mai Wa Irone nodawusiemo amia ungkaka mohane nokongeasiemo La Ode Pasikamba  ma’nano harta karu. 

1 komentar: